Rabu, 07 September 2011

Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler dan Respirasi (Jantung dan Paru)

Inspeksi jantung dan paru
žpola pernapasan,
1.frekuensi (rate),
2.irama (rhythm),
3.kedalaman (depth), dan
4.usaha bernapas (effort of  breathing)

žKelainan pola pernapasan
Bentuk toraks
Kelainan bentuk dada
Barrel chest (dada tong)
Funnel chest (pectus excavatum/dada cerobong)
 

           Kelainan tulang belakang 
   žKifosis 
   žSkoliosis
žKifoskoliosis 
žGibbus (bongkok) 
žDeformitas
 
 
Pergerakan dinding dada

žGerakan dinding dada yang tertinggal : efusi pleura , penebalan pleura unilateral, ateletaksis, benda asing atau tumor dalam saluran napas,  kelainan otot dan syaraf  dinding dada.
Pemeriksaan lainnya
  tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi, posisi trakea (bergeser ke kanan/ kiri).
  dada bagian depan : pulsasi dari iktus kordis, bendungan venosa, perhatikan klavikula,fosa supraklavikula dan infraklavikula, kelainan jumlah dan bentuk iga.
 
 
Palpasi jantung
žApeks kordis (daerah ventrikel kiri)
             lokasinya, apakah normal, melebar, kuat angkat (amplitudo).
 
Palpasi Paru
žMenilai pergerakan (ekspansi) dinding dada: simetris/ asimetris
žMenilai fremitus taktil (tactile fremitus)
  
  žPerkusi
 
Perkusi Jantung: menentukan ukuran jantung
žSisi kiri (linea aksilaris anterior di lateral  ke medial) di RIC V         iktus cordis.
žSisi kanan (linea mid clavicularis kanan di lateral ke medial) RIC IV           linea sternalis kanan RIC IV
žSisi atas mulai dari RIC I  linea parasternalis kiri ke bawah        parasternal sinistra RIC III

Perkusi Paru
žredup : pneumonia laboris, efusi pleura, fibrosis atau tumor.
  Hipersonor : emfisema, asma
  hipersonor unilateral : pneumotoraks luas atau bula luas pada paru.

KONTRAINDIKASI PERKUSI
ž-emfisema subkutan
ž-infus epidural atau anestesi spinal
ž-skingraft baru pada torak
ž-luka bakar, luka terbuka, dan infeksi kulit toraks
ž-terpasang alat pacu jantung
ž-TB paru
ž-Kontusio paru
ž-Bronkospasme
ž-osteomyelitis pada tulang rusuk
ž-osteoporosis
ž-koagulopati
ž-keluhan nyeri dada


  žBatas Peranjakan Paru
  ekspirasi maksimal (posisi I). & Inspirasi maksimal(posisi II).
  Normal = 5-6 cm dan simetris pada sisi kanan
 
  žBatas paru hati
   Normal : costa V dan VI

Auskultasi Jantung
1)RIC 2 di linea sternalis dekstra,
2)RIC 2 di linea sternalis sinistra,
3) RIC 4-5 linea sternalis sinistra
4) di apex.
žBunyi jantung
žbunyi jantung 1 (saat sistolik)
žbunyi jantung 2 (saat diastolik)
žbunyi tambahan, : bunyi yang terbelah (splitting) atau bising (murmur).
Bunyi jantung tambahan saat sistol :
1. Ejection sound/ES

2. Systolic click

Bunyi jantung tambahan saat diastol :
žOpening snap : bila katup mitral atau tricuspid menjadi kaku penyakit jantung rematik maka katup-katup tersebut akan membuka dengan menimbulkan suara letupan (snap).
žBunyi jantung 3 (S3) terjadi saat pengisian cepat pada fase diastolic awal.
žBunyi jantung 4 (S4) terjadi saat kontraksi atrium untuk mengisi ventrikel pada fase diastolic akhir, sesaat sebelum S1.
Irama triple : bila selain terdengar bunyi S1 dan S2, juga terdengar bunyi S3 atau S4.
Irama gallop : bila frekuensi irama tripel menjadi cepat.


Bising jantung (murmur)
         getaran di dalam dinding rongga jantung atau dinding aorta yang terpancar sampai di kulit akibat gerakan pusaran darah karena aliran darah melewati katup yang menyempit atau katup yang menutup tidak sempurna atau akibat volume darah yang berlebihan pada katup yang normal

Auskultasi Paru
žAuskultasi Trakea
1. Vocal fremitus
  normal: suara bising halus yang tidak jelas.
  Vokal fremitus yang meningkat : pneumonia lobaris dan menurun pada efusi pleura, pneumotorak dan atelektasis. 

.2. Pleural Friction Rub
žPlural Friction Rub     suara yang terdengar berkeretak (cracking) dan bergesek (granting) yang timbul karena pergesekan pleura visceralis dengan pleura parietalis selama pernapasan
  Normal : Suara ini paling jelas terdengar pada basis paru dan daerah bawah sisi aksila.

3. Suara napas tambahan

Alergi

Tanda & gejala
Bila larva menembus kulit timbul kelainan atau creeping eruption yang sering disertai gatal yang hebat.
Infeksi ringan pada umumnya tidak menimbulkan gejala.
Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-tusuk di daerah epigastrium tegah dan tidak menular, mual, muntah, diare, dan kontipasi.
Pada hiperinfeksi cacing dewasa dapat ditemukan diseluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di paru, hati, kandung empedu.
Larva berkembang dalam berbagai organ dan jaringan mengakibatkan  kegagalan pernafasan akut, sindrom ganguuan pernafasan, penyakit paru.
Pasien bisa mati karana syok septik, kegagalan pernafasan.

Mekanisme Reaksi Hipersensitivitas tipe I

Reaksi Hipersensitivitas tipe cepat atau anafilaktik
Diperantarai IgE
Alergenàproduksi IgE àberikatan spesifik dengan reseptor di permukaan sel mast dan basofil à tersensitisasi
Kontak berikutnya  à sederetan reaksi biokimia à degranulasi dan pelepasan mediator2 (histamin, leukotrien dan sitokin) à reaksi alergi
15-30 menit setelah terpapar antigen, kadang keterlambatan (10-12 jam)
Dapat melibatkan kulit (urtikaria dan eksema), mata (konjungtivitis), nasofaring (rinitis), jaringan bronkopulmoner (asma), dan GI tract (gastroenteritis)
Reaksi Hipersensitivitas tipe II

Reaksi hipersensitivitas sitotoksik
Waktu reaksi : menit - jam
Contoh: reaksi transfusi, drug-induced hemolytic anemia, granulositopenia, dan trombositopenia
Diperantarai IgM atau IgG dan komplemen
Fagosit dan sel K punya peran
Interaksi antigen-antibodi pd permukaan sel, IgM atau IgG dgn antigen yang juga merupakan bagian integral membran sel atau telah terserap atau menyatu menjadi membran.
Mengaktifkan sistem komplemen dan sel yang terlibat dihancurkan.

Reaksi Hipersensitivitas tipe III

Reaksi hipersensitivitas kompleks imun / reaksi Arthus
3-10 jam setelah terpapar antigen
Diperantarai kompleks imun (antigen-antibodi)