Sabtu, 04 Desember 2010

Gastrointestinal

Saluran gastrointestinal adalah sebuah rentetan saluran membran mukosa. Tujuan organ ini adalah untuk mengabsorpsi cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk absorpsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, dan merupakan tempat feses sementara. Volume dari cairan yang diabsorpsi oleh gastrointestinal banyak, membuat keseimbangan cairan sebagai fungsi utama dari sistem gastrointestinal. Pada pencernaan cairan dan makanan saluran gastrointestinal juga banyak mendapat sekresi dari organ-organ seperti kandung empedu dan pankreas.
Penyakit yang serius dapat mengganggu absorpsi dan sekresi yang normal dari saluran gastrointestinal, disebabkan karena ketidakseimbangan cairan.

MULUT
Saluran pencernaan merubah zat-zat makanan secara mekanik dan kimiawi. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan massa atau bolus dari makanan dapat menjangkau daerah, penyerapan makanan dengan aman dan efektif.
Pencernaan secara mekanik dan kimiawi dimulai dari mulut. Gigi mengunyah makanan, memecahnya menjadi ukuran tertentu untuk ditelan. Sekresi saliva mengandung enzim seperti : ptialin yang memulai mencerna elemen makanan tertentu. Saliva mencairkan dan melembutkan bolus makanan yang ada di mulut agar lebih mudah ditelan.

ESOPHAGUS
Ketika makanan memasuki esophagus bagian atas ia berjalan melewati spinkter esophagus bagian atas dimana ada sebuah otot sirkular yagn mencegah udara masuk ke esophagus dan makanan dari refluks ke tenggorokan. Bolus dari makanan mengadakan perjalanan sepanjang 25cm di esophagus. Makanan didorong oleh oleh kontraksi otot polos. Sebagian dari esophagus berkontraksi di belakang bolus makanan, otot sirkular di depan bolus. Gerakan peristaltik mendorong makanan ke gelombang berikutnya. Peristaltik menggerakkan makanan sepanjang saluran gastrointestinal. Dalam 15 detik bolus makanan berpindah dari esophagus bagian bawah. Spinkter esophagus bagian bawah terletak antara esophagus dan lambung, dan perbedaan tekanan ada di bagian akhir esophagus. Tekanan esophagus bagian bawah 10-40 mmHg, sedangkan tekanan lambung 5-10 mmHg. Tingginya tekanan biasanya menyebabkan refluks dari isi lambung ke esophagus. Faktor-faktor yagn mempengaruhi tekanan spinkter bagian bawah antara lain ; antasid yang menurunkan refluks ,dan makanan berlemak dan nikotin yang meninggikan refluks.

LAMBUNG
Dalam lambung, makanan disimpan sementara dan dipecahkan secara mekanik dan kimiawi untuk pencernaan dan absorpsi. Lambung mensekresi HCl, mukus, enzim pepsi, dan faktor intrinsik. Konsentrasi HCl mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan asam dalam tubuh. Setiap molekul HCl yang disekresi di lambung, sebuah molekul bicarbonat memasuki plasma darah. HCl membantu pencampuran dan pemecahan makanan di lambung, mukus melindungi mukosa lambung dari keasaman dan aktivitas enzim. Pepsin mencerna protein, walaupun tidak banyak pencernaan yagn terjadi di lambung. Faktor intrinsik merupakan komponen penting yagn dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12 di usus dan pembentukan sel darah merah. Kekurangan faktor intrinsik menyebabkan anemia.
Sebelum makanan meninggalkan lambung ia diubah menjadi bahan yang semifluid yagn disebut CHYME.Chyme lebih mudah dicerna dan diabsorpsi daripada makanan yang padat.klien yang sebagian lambungnya hilang atau menderita gastritis mempunyai masalah pencernaan yang serius karena makanan tidak diubah menjadi chyme. Makanan memasuki usus halus sebelum dipecah menjadi makanan yang benar-benar semifluid.

USUS HALUS
Selama proses pencernaan chyme meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus halus merupakan suatu saluran yagn diameternya 2,5 cm dan panjangnya 6 m. ua terdiri dari 3 bagian : duodenum, jejenum, ileum. Chyme tercampur dengan enzim pencernaan (seperti empedu dan amilase) ketika berjalan melewati usus halus. Segmentasi (berganti-gantinya kontraksi dan relaksasi dari otot polos) mengaduk chyme untukselanjutnya memecah makanan untuk dicerna ketika chyme diaduk, gerakan peristaltik berhenti sementara agar absorpsi terjadi. Chyme berjalan dengan lambat di saluran cerna untuk doabsorpsi. Banyak makanan dan elektrolit yang diabsorpsi di usus halus. Enzim dari pankreas (amilase) dan empedu dari kandung empedu. Usus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi elemen-elemen dasar. Hampir seluruh makanan diabsorpsi oleh duodenum dan jejenum. Ileum mengabsorpsi beberapa vitamin, zat besi dan garam empedu. Jika fungsinya terganggu, proses pencernaan berubah secara drastis. Contoh : inflamasi, bedah caesar,atau obstruksi dapat mengganggu peristaltik, mengurangi ares absorpsi, atau memblok jalan chyme.

USUS BESAR
Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon) karena diameternya lebih besar dari usus halus. Bagaimanapun panjangnya antara 1,5-1,8 cm adalah lebih pendek. Usus besar terbagi atas caecum, kolon, dan rektum. Ini adalah organ penting dari eliminasi b.a.b.
 
CAECUM
Chyme yang diabsorpsi memasuki usus besar pada caecum melalui katup ileocecal, dimana lapisan otot sirkular mencegah regurgitasi (makanan kembali ke usus halus).
 
KOLON
Chyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya berkurang. Kolon terdiri dari ascending, transverse, descending, & sigmoid.
Kolon mempunyai 4 fungsi : absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
Sejumlah besar air dan sejumlah natrium dan clorida diabsorpsi setiap hati. Ketika makanan berjalan melalui kolon, terjadi kontraksi HAUSTRAL. Ini sama dengan kontraksi segmental dari usus halus, tetapi lebih lama hingga mencapai 5 manit.kontraksi menghasilkan pundi-pundi besar di dinding kolon yagn merupakan area untuk absorpsi.
Air dapat diabsorpsi oleh kolon dalam 24jam, rata-rata 55mEq dari natrium dan 23mEq dari klorida diabsorpsi setiap hari. sejumlah air yagn diamsorpsi dari chyme tergantung dari kecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya lembut, berbentuk massa. Jika kecepatan kontraksi peristaltik cepat (abnormal) berarti ada kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air dan feses menjadi encer. Jika kontraksi peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses yang keras sehingga menyebabkan konstipasi.
Kolon memproteksi dirinya sendiri dengan mengeluarkan sejumlah mucous. Mucous biasanya bersih sampai buram dengan konsistensi berserabut. Mucous melumasi kolon, mencegah trauma pada dinding dalam. Pelumas adalah sesuatu yagn penting di dekat distal dari kolon dimana bagiannya menjadi kering dan keras.
Fungsi sekresi dari kolon membantu dalam keseimbanan elektrolit. Bicarbonat disekresi untuk pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiap hari oleh usus besar. Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus dihasilkan dari tertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan kerja bakteri pada karbohidrat yang tidak bisa diserap. Fermenrasi dari karbohidrat (seperti kol dan bawang) menghasilkan gas pada usus yang dapat merangsang peristaltik. Orang dewasa biasanya membentuk 400-700 ml flatus setiap hari.

REKTUM DAN KANAL ANAL
Rektum pada oranga dewasa biasanya mempunyai panjang 10-15 cm. Bagian distal yagn panjangnya 2,5-5 cm adalah kanal anus. Panjang rektum bervariasi menurut umur :
1. infant : 2,4-,8 cm
2. toddler : 4 cm
3. prasekolah : 7,6 cm
4. sekolah : 10 cm
Pada rektum terdapat 3 lapisan jaringan yang bentuknya saling berseberangan terhadap rektum dan beberapa lipatan letaknya vertikal. Setiap lipatan yang vertikal terdiri dari sebuah vena dan arteri. Dipercaya bahwa lipatan-lipatan ini membantu pergerakan feses pada rektum. Ketika vena dilatasi dapat terjadi dengan tekanan yang berulang-ulang, kondisi ini dikenal dengan HEMORHOID.
Kanal anal dikelilingi oleh ptpt spinkter internal dan eksternal. Internal spinkter berada di bawah kontrol syaraf involunter, dan spinkter eksternal secara normal dipengaruhi syaraf volunter. Kerja dari spinkter eksterna diperbesar oleh otot levator ani pada dasar pelvik. Spinkter internal dapat dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom, spesime syaraf eksternal dipengaruhi oleh sistem syaraf somatik
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFEKASI
1.Umur 7. Obat-obatan (medikasi)
2.Diet 8. Prosedur diagnostik
3. Cairan (fluid) 9. Anastesi dan pembedahan
4. Tonus otot 10. Nyeri
5. Faktor psikologi 11. Iritan
6. Gaya hidup 12. Gangguan syaraf sensorik dan
motorik
1. UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
2. DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama
©2004 Digitized by USU digital library 5
setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3. CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
4. TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
5. FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
6. GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7. OBAT-OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.
Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.
8. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan.
Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yagn lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi.
9. ANASTESI DAN PEMBEDAHAN
Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga.
Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen keperawatan pasca bedah.
10.NYERI
Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya.
11.IRITAN
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus
12.GANGGUAN SYARAF SENSORIK DAN MOTORIK
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.
MASALAH-MASALAH UMUM PADA ELIMINASI FESES
1. Konstipasi
2. Impaksi feses
3. Diare
4. Fecal inkontinentia
5. Flatulence
6. Hemorhoid
KONSTIPASI
Konstipasi berhubungan dengan jalan yagn kecil, kering, kotoran yang keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi.

Ada banyak penyebab konstipasi :
1. Kebiasaan buang air besar (b.a.b) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan b.a.b yang tidak teratur. Refleks defekasi yagn normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.
Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini ; orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.
Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan b.a.b teratur dalam kehidupan.
2. Penggunaan laxative yang berlebihan
Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan b.a.b – refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).
3. Peningkatan stres psikologi
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.
4. Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.
5. Obat-obatan
Banya obat menyebabkan efek samping kponstipasi. Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.
6. Latihan yang tidak cukup
Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada  proses defekasi.
7. Umur
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan defekasi.
8. Proses penyakit
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemapuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.
Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika b.a.b dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi). Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan intratorakan dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik.
IMPAKSI FESES (tertahannya feses)
Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi yagn gawat feses terkumpul dan ada di dalam colon sigmoid. Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yagn tidak normal. Cairan merembes keluar feses sekeliling dari massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan pemeriksaan digital pada rektum, selama impaksi massa yang mengeras sering juga dapat dipalpasi.
Diare yan gbersama dengan konstipasi, termasuk gejala yang sering tetapi tidak ada keinginan untuk defekasi dan nyeri pada rektum. Hadirnya tanda-tanda umum dari terjadinya penyakit ; klien menjadi anoreksia, abdomen menjadi regang dan bisa juga terjadi muntah.
Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buan gair besar yang jarang dan konstipasi. Obat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi. Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan barium.
Pada orang yang lebih tua faktor-faktor yang beragam dapat menyebabkan impaksi ; asupan cairan yang kurang, diet yang kurang serat, rendahnya aktivitas, melemahnya tonus otot.
Pemeriksaan digital harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati karena perangsangan pada nervus vagus di dinding rektum dapat memperlambat kerja jantung pasien.

DIARE
Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan feses melalui usus besar. Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk usus besar mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare jika kotoran tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare dijumpai kesulitan dan ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan defekasi dalam waktu yang lama.
Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya buang air besar merupakan sumber dari perhatian dan rasa malu. Sering, spasmodik dan kram abdomen yang sangat sakit berhubungan dengan diare. Kadang-kadang klien mengeluarkan darah dan lendir yang banyak ; mual dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare persisten,secara umum bisa terjadi perluasan iritasi pada daerah anus ke daerah perineum dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise dan berat badan yang berkuran gmerupakan dampak dari diare yang berkepanjangan.
Ketika penyebab diare adalah iritasi pada saluran intestinal, diare diperkirakan sebagai mekanisme pembilasan sebagai perlindungan. Itu bisa menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh, bagaimanapun, itu bisa berkembang menjadi sesuatu yang menakutkan dalam waktu yang singkat, terutama pada bayi dan anak kecil.
Tabel: penyebab yang sering menyebabkan diare
Penyebab
Respon fisiologi
Stres psikologi
Obat-obatan
Antibiotik
Zat besi
Zat katartik
Alergi pada makanan atau minuman
Intoleransi pada makanan atau minuman
Penyakit pada kolon
Sindrom malabsorpsi
Penyakit Chrohn
Peningkatan pergerakan intestinal dan sekresi mukus
Inflamasi dan infeksi pada mukosa mengarah pada pertunbuhan yang berlebih dari mikroorganisme yang normal pada intestinal
Iritasi pada mukosa intestinal
Iritasi pada mukosa intestinal
Pencernaan makan dan minuman yang inkomplit
Peningkatan pergerakan intestinal dan sekresi mukus
Mengurangi absorpsi cairan
Inflamasi mukosa sering mengarah pada bentuk luka
FECAL INKONTINEN
Inkontinen berhubungan dengan berkurangnya kemampuan voluntar untuk untuk mengontrol feses dan keluarnya gas melalui spinkter ani. Inkontinen bisa juga terjadi pada waktu yagn spesifik, seperti setelah makan, atau bisa juga terjadi ireguler.
Fecal inkontinen secara umum berhubungan dengan terganggunya fungsi spinkter ani atau suplai syarafnya, seperti pada beberapa penyakit neuromuskular, trauma sumsum tulang belakang, dan tumor pada otot spinkter ani external.
Fecal inkontinen merupakan suatu masalah distres emosional yang akhirnya dapat mengarah pada isolasi sosial.
Orang-orang yang menderita ini menarik diri ke dalam rumah mereka atau jika di rumah sakit mereka menarik diri ke batas dari ruangan mereka untuk meminimalkan ras amalu berhubungan dengan ketidakbersihan diri. Fecal inkontinen asam mengandung enzim-enzim pencernaan yang sangat mengiritasi kulit, sehingga daerah di sekitar anus harus dilindungi dengan zinc oksida atau beberapa salap pelindung lainnya. Area ini juga harus dijaga tetap bersih dan kering.
 
FLATULENCE
Udara atau gas di saluran gastrointestinal disebut flatus.
Ada 3 sebab utama flatus :
1. Kerja dari bakteri dalam chyme di usus besar
2. Udara yang tertelan
3. Gas yang berdifusi dari pembuluh darah ke dalam intestinal
Ketiga hal di atas normal, tapi 0,6 liter dari gas ini diabsorbsi ke dalam kepiler kapiler intestinal.
Flatulence adanya flatus yang banyak pada intestinal mengarah pada peregangan dan pemompaan pada intestinal. Kondisi ini disebut juga timpanites. Jumlah udara yang besar dan gas-gas lainnya juga dapat berkumpul di perut, dampaknya pada distensi gaster.
Pada orang dewasa biasanya terbentuk 7-10 liter flatus pada usus besar setiap 24 jam. Gas-gas tersebut termasuk ; CO2, H2, N2. Beberapa gas yang ditelan sebagian besar dihembuskan melalui mulut dengan erutcation (bersendawa). Gas-gas yang terbentuk pada usus besar sangat sedikit diabsorbsi, melalui kapiler-kapiler intestinal ke dalam sirkulasi. Flatulence dapat terjadi pada colon, bagaimanapun bisa juga dari beragam penyebab yang lain seperti ; pembedahan abdomen, anastesi dan narkotika. Jika gas tidak dapat dikeluarkan dari anus mungkin penting untuk memasukkan sebuah rectal tube atau menyediakan suatu enema yang dapat mengalirkan kembali untuk menggerakkan gas tersebut.
Penyebab umum dari flatulence dan distensi adalah konstipasi. Codein, barbiturat dan obat-obat lain yang dapat menurunkan motilitas intestinal dan tingkat kecemasan sehubungan dengan besarnya jumlah udara yang tertelan. Sebagian besar orang mempunyai pengalaman dengan flatilence dan distensi setelah memakan makanan tertentu yang mengandung gas seperti kacang buncis, kol.
Distensi post operasi setelah pembedahan abdomen sering secara umum dijumpai di rumah sakit. Tipe distensi ini secara umum terjadi sekitar 3 hari post operasi dan disebabkan oleh efek dari anastesi, narkotika, perubahan diet, dan berkurangnya aktifitas.
 
HEMORHOID
Hemorhoid sering juga disebut wasir, yaitu adanya pelebaran pembuluh darah vena di anus, dapat terjadi secara internal dan eksternal. Internal terjadi pada canal anus, dimana venanya berada. Eksternal hemorhoid prolapsus melalui pembukaan anus dan dapat dilihat di sana. Hemorhoid dapat terjadi dari dampak meningkatnya tekanan pada daerah anus, sering terjadi karena konstipasi kronik, peregangan selama defekasi, kehamilan dan obesitas.
Beberapa hemorhoid tidak mempunyai gejala, pada lainnya dapat juga menyebabkan nyeri, gatal-gatal, dan kadang-kadang perdarahan. Hemorhoid sering diobati secara konservatif dengan astringent (menciutkan jaringan) dan anastesi lokal (untuk mengurangi nyeri). Kotoran yang lebih lunak bisa mengurangi iritasi selama defekasi. Pada beberapa kasus hemorhoid dibuang dengan pembedahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar